Ini gara-gara hubungan diplomatik Korea dan Jepang kembali tegang setelah Presiden Korea Selatan Lee Myung Bak mengunjungi pulau sengketa Dokdo (dikenal sebagai Takeshima oleh Jepang atau Liancourt Rock secara internasional) pada 10 Agustus lalu.
Idola Korea tak ketinggalan bersikap patriotis. Siwon (Super Junior) mengirim twit “Dokdo adalah tanah kami” (aslinya “Dokdo Neun Uri Ddang”, slogan Korsel untuk Dokdo). Dan pada 15 Agustus (hari kemerdekaan Korea Selatan), aktor Song Il Guk ikut serta berenang ke Dokdo yang digagas penyanyi rock Kim Jang Hoon sebagai unjuk kepemilikan atas pulau tersebut.
“Mulai sekarang akan sulit baginya untuk datang ke Jepang,” kecam Deputi Menteri Luar Negeri Jepang Tsuyoshi Yamaguchi soal aksi Song Il Guk itu. Televisi Jepang pun memilih jalur aman — menunda sementara tayangan yang menampilkan Song Il Guk.
Kasus rebutan Dokdo (yang tak pernah beres sejak 1952) bukan satu-satunya perseteruan. Kedua macan Asia ini kerap berselisih lantaran sejarah kelam sejak Korea dianeksasi Jepang tahun 1910. Gertak boikot dan sikap saling menentang laten merebak setiap saat.
Di Korea, masalah sepele seperti bendera Jepang yang terlihat dalam iklan Nichkhun 2PM atau video flashmob Big Bang di Paris dapat menjadi isu hebat. Jepang pun serupa, kampanye anti-Hallyu (gelombang budaya pop Korea) sudah sering muncul sebelum kasus Dokdo kembali mencuat.
“Sepertinya program acara Korea sudah mencuci otak Anda, dan saya rasa itu buruk,” kritik aktor Jepang Sousuke Takaoka kepada stasiun Fuji TV (yang rajin menayangkan program hiburan dan idola Korea) akhir Juli lalu.
Komentar Sousuke itu (yang kontraknya kemudian dihentikan) membuat 2000 orang menggelar demonstrasi pada 7 Agustus demi membuat stasiun itu menghentikan tayangan Korea. “Kami disini untuk menyelamatkan Fuji TV dari cengkeraman Hallyu,” sorak demonstran.
Hallyu memang dominan di Jepang, terutama melalui grup K-pop seperti TVXQ, SNSD dan KARA yang langganan merajai Oricon (peringkat musik Jepang). Di akhir Agustus lalu grup K-pop Big Bang, Boyfriend dan Secret terlihat berada dalam jajaran peringkat musik tersebut. Tak heran jika K-pop menjadi sasaran empuk ancaman boikot.
“Kita harus melarang Hallyu, K-pop, semuanya. SNSD dan KARA juga termasuk. Boikot akan segera muncul,” kata seorang pejabat Jepang yang dilansir harian berita Tokyo Sports minggu lalu.
Ancaman ini mengkhawatirkan, sebab Jepang adalah pasar musik terbesar kedua di dunia (hampir 10 kali lipat pasar musik Korea) yang menyerap 80 persen penjualan K-pop. Meski harus mengadaptasi lirik ke bahasa Jepang, hasil yang diperoleh grup K-pop di sana sangat menggiurkan.
Oricon mencatat, tahun lalu boyband 2PM membawa pulang 12,7 juta USD dari Jepang dan SHINee 11,2 juta USD. SNSD dan KARA yang jadi incaran boikot, termasuk 5 besar artis paling laris di Jepang di bawah artis lokal AKB48, Arashi, dan EXILE. KARA berada di urutan keempat dengan penjualan mencapai 63,6 juta USD disusul SNSD di urutan kelima dengan $ 52,2 juta.
Meledaknya K-pop di Jepang tentu juga menguntungkan pebisnis musik lokal. Riset Korea Economic Daily menyebutkan kebijakan lisensi membuat distributor Jepang menikmati 84% pendapatan kotor KARA tahun lalu.
Barangkali itu sebabnya, idola K-pop masih leluasa promosi di Jepang terlepas isu Dokdo. Kim Hyung-jun menutup tur di Sapporo minggu lalu dengan 10 ribu penonton. Sebanyak 36 ribu fans 2NE1 menyemuti tiga konser tur “New Evolution” di Osaka. Orange Caramel yang sedang promosi single “Yasashii Akuma” tampil di festival A-Nation, Tokyo Girls Collections dan Airport Walk.
Sementara itu album “Code Name Blue” dari CN Blue bertengger di posisi puncak Oricon 30 Agustus lalu dan terjual 22 ribu kopi di hari pertama. Super Junior saat ini ada di posisi kedua penjualan CD single lewat “Sexy, Free & Single”. SNSD juga tetap maju jalan dengan merilis single terbaru “All My Love Is For You” (lihat video).
Derasnya sentimen negatif tak mengurangi kecintaan sebagian publik Jepang kepada K-pop dan sebaliknya. Lagipula jika K-pop diboikot, tak sedikit penggemar yang akan menangis seperti Menteri Luar Negeri Gemba Koichiro.
0 komentar:
Posting Komentar