Jumat, 22 Februari 2013

Kenapa Beberapa Bahasa Bisa Mirip?


foto: sodahead.com
Anda yang hanya mendengar sambil lalu saat Johan memperkenalkan diri mungkin mengira dia orang Amerika atau Inggris dengan pengucapan yang
kurang tepat dan logat yang tidak lazim. Tapi sebenarnya Johan adalah orang Jerman yang sedang berlibur di indonesia selama beberapa hari dan ingin melihat Pulau Bali untuk pertama kali dalam hidupnya.
Apakah anda pernah memperhatikan bahwa sekilas tata bahasa, karakteristik atau kosakata dalam satu bahasa terkesan mirip dengan beberapa bahasa lainnya? Kesamaan yang paling akrab di telinga anda mungkin adalah kesamaan antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu. Kedua bahasa negara tetangga ini masuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia dan termasuk cabang-cabang yang paling banyak dituturkan di Asia Tenggara. Salah satu bahasa rumpun melayu yang agak jauh kekerabatannya dengan bahasa indonesia adalah bahasa tagalog Filipina.
Kemiripan ini bukanlah sesuatu hal yang aneh dalam disiplin ilmu linguistik. Boleh dikatakan bahasa juga digolongkan berdasarkan kekerabatan seperti halnya klasifikasi makhluk hidup dengan metode Binomial Nomenclatur yang diciptakan oleh Carolus Linneaus, ilmuwan botani asal Swedia. Dalam perkembangannya, bahasa mengalami penyebaran. Di samping itu, seiring interaksi sosial dan perjalanan waktu, bahasa juga mengalami perkembangan, transisi dan penyempurnaan.
Kemiripan dalam hal karakter yang akan menentukan dari rumpun apa bahasa tersebut diturunkan. Bahasa-bahasa yang memiliki kedekatan karakteristik digolongkan ke dalam satu rumpun bahasa yang berarti bahasa-bahasa tersebut berasal dari bahasa perintis yang sama.
Satu rumpun bahasa bisa memiliki banyak sub-rumpun atau cabang, namun
bisa pula sangat sedikit terkait dengan bahasa lain dan bahkan kaitannya terkadang dipertentangkan. Contohnya adalah Basque.
Bahasa juga bisa tersebar dan dituturkan tidak hanya di tanah penutur asli bahasa tersebut. Beberapa faktor dalam hal penyebaran bahasa ini antara lain adalah hubungan dagang, kekerabatan etnis, dan hubungan antar bangsa berupa persahabatan atau penjajahan. Bahasa ini kemudian mengalami interaksi dengan dialek setempat. Oleh karena itu kita biasa mendengar ungkapan seperti bahasa arab-mesir, bahasa Tajik-variasi dari bahasa Persia di Tajikistan- dan lain-lain.
Variasi dialek tersebutlah yang memberi warna pada bahasa. Kita pernah terpesona dengan film animasi asal Malaysia Upin & Ipin karena bahasa melayunya. Tapi tentu bukan karena kita menertawakan dialek mereka, bukan? Melainkan karena bahasa yang mereka gunakan terdengar ‘lama’, kuno seperti hikayat Hang Tuah namun indah.
Interaksi bahasa tidak hanya berkaitan dengan rumpun. Interaksi yang paling sering kita alami adalah penyerapan kosakata. Kosakata pada suatu bahasa diserap ke bahasa lain untuk memberi penyebutan bagi benda atau hal yang belum ada padanannya dalam bahasa yang bersangkutan. Biasanya ini dilakukan untuk hal (thing) yang belum ada istilahnya (sign). Pada dewasa ini terutama dalam penggunaan istilah teknis.
Tidak sembarang kata bisa diserap ke dalam bahasa Indonesia. Biasanya kosakata yang dipilih adalah kosakata bahasa daerah yang tersebar di Indonesia. Jika tidak ada maka akan diambil dari bahasa lain selama kosakata itu dirasa memiliki nilai rasa yang cocok dengan bahasa penutur tersebut. Kata download, upload, dan on line diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi unduh, unggah (dari bahasa daerah), dan daring (singkatan ‘dalam jaringan’). Bahasa asing yang mempengaruhi bahasa indonesia antara lain adalah bahasa arab, belanda, hokkian, portugis, dan bahasa inggris.
Sebagaimana yang telah disebutkan, dialek juga mempengaruhi suatu bahasa. Kosakata tidak selalu diserap secara utuh mengikuti bentuk aslinya melainkan dipengaruhi pula oleh dialek maupun kaidah penyerapan bahasa yang dituju. Contohnya kata ‘dirham’ yang merupakan mata uang di Jazirah Arab pada masa jahiliyah dan kekhalifahan islam. Kata ini dipakai juga untuk menyebut alat pembayaran sah untuk perdagangan antar bangsa pada masa Sultanah (wanita kepala pemerintahan setingkat raja) yaitu deureuham.
Penyerapan kosakata juga tidak selalu berupa padanan makna langsung. Kadangkala kosakata masuk dan diserap karena hikmah atau kesamaan hakikat yang dicari yaitu berupa metafora antara satu makna dengan makna lainnya. Kata sincere (tulus) dalam bahasa inggris berasal dari kata sin cera yang berarti ‘tanpa lilin’. Dahulu pematung-pematung di Roma memakai lilin untuk meratakan permukaan patung yang mengalami cacat seperti kurang rata, berlubang, atau retak. sehingga sin cera menggambarkan karya patung yang dipahat dengan sempurna. Kata ini kemudian dimaksudkan untuk menggambarkan niat atau maksud yang bersih dan suci.
Menarik sekali penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari bukan? Ternyata bahasa juga mengalami diversifikasi seperti banyak aspek dan bidang lainnya. Bahasa akan terus berkembang dengan dinamis seiring dengan perubahan zaman.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management