Sabtu, 25 Agustus 2012

Fenomena Hallyu Di Indonesia

Jika pada tahun 90an pengaruh Bollywood maupun telenovela menjadi tontonan wajib bagi masyarakat Indonesia, lain halnya dengan sekarang. Selera tontonan maupun music masyarakat Indonesia berubah dari tahun ke tahun. Siapa yang tak kenal Super Junior, Girls Generation, atau Rain? Mereka adalah selebriti  dari Negara gingseng korea, yang pasti sudah tidak asing lagi di telinga sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya di kalangan remaja. Tidak bisa dipungkiri, music maupun drama Korean menjadi sesuatu yang sangat digemari di Indonesia saat ini, bahkan saking antusiasnya dengan hal-hal yang berbau korea, banyak diantara kita yang mulai mencari tempat les bahasa Korea maupun budayanya. Korea seakan telah membius masyarakat Indonesia dengan musik maupun drama. Drama Korea seakan menjadi totonan wajib keluarga, bahkan bintang drama Korea telah menjadi idola baru di kalangan masyarakat pencinta drama. Sekarang, hal tentang Korea tidak asing lagi bagi masyarakat indonesia.
Piala Dunia 2002 telah sukses diselenggarakan di Korea Selatan dan jepang. Korea sebagai tuan rumah sukses menempati urutan ke empat dan  keluar sebagai kekuatan baru Asia dalam dunia sepakbola yang semakin melambungkan nama Korea Selatan di mata dunia. Korea selatan yang menjadi perhatian dunia pada penyelenggaraan piala dunia 2002 tentu membuat Negara-negara di dunia banyak meliput tentang Negara ini. Setelah berakhirnya perhelatan akbar piala dunia bukan berarti membuat Korea tidak lagi eksis di dunia, justru inilah titik balik kebangkitan Korsel di dunia, khususnya di dunia hiburan. Beberapa waktu menjelang, selama, maupun sesudah piala dunia diselenggarakan di Korsel, beberapa stasiun televisi swasta tanah air gencar bahkan bersaing menayangkan drama maupun film Korsel. Masyarakat Indonesia yang pada saat itu tengah jenuh dengan tayangan Bollywood, telenovela, dan sinetron-sinetron Indonesia langsung menyambut baik masuknya drama serta film Korea di Indonesia. Keberhasilan drama Korea mengambil hati masyarakat Indonesia terbukti dengan tingginya minat penonton terhadap drama  Korea yang pertama kali ditayangkan saat itu, yaitu Endless love. Sukses Endless love membuat stasiun televisi local lebih gencar mengimpor  drama dari negeri gingseng. Drama seperti Winter Sonata, Full House, Princess Hours sampai Boys Before Flower  tak kalah suksesnya menarik perhatian masyarakat. Bahkan, para pemain yang ada dalam drama-drama tersebut telah menjadi idola baru di kalangan masyarakat Indonesia. Tidak hanya dramanya saja, Korea juga telah menyerbu dunia hiburan lewat musik, boyband dan girlband yang menjadi ikon music korea telah berhasil membius masyarakat Indonesia, khususnya kalangan remaja. K-Pop atau Korean Pop menggema dimana-mana, bahkan bisa dibilang k-pop mampu menyaingi ketenaran western pop di Indonesia. kini musik Korea sudah berkembang dan mulai akrab di telinga kita. Lagu yang menjadi soundtrack atau backsound dalam drama Korea yang easy listening dan ear-catching menjadi lebih gampang diterima oleh para pemirsa. Musik K-pop juga sudah mulai dikenal di dunia. Mengusung genre musik dance atau pop yang berkiblat ke barat diimbangi dengan kemampuan menari dan wajah yang menawan serta body yang proporsional membuat mereka laku di pasaran. Penampilan mereka tentu didukung juga dengan gaya berbusana yang “Korea banget” dengan memadukan warna-warna cerah dan nuansa ceria yang membuat penampilan mereka modis dan memberi kesan imut. Orang Korea sungguh sadar akan kecantikan, sikap ini membuat banyak label fashion dunia melirik pasar Korea. Fenomena menyebar luasnya drama, music serta budaya korea secara global inilah yang disebut Korean wave/gelombang korea atau dalam bahasa korea disebut Hallyu. Istilah ini dicetuskan oleh seorang wartawan china yang melihat fenomena pada zaman 90an di China, dimana serial/drama korea yang tayang disana mendapatkan apresiasi yang luar biasa kemudian fenomena ini juga ditambah dengan perilaku para anak muda yang mengikuti fashion-fashion di serial/drama yang mereka tonton. Pada umumnya, Korean wave ini memicu orang orang di Negara yang terkena Korean wave atau Hallyu untuk mempelajari bahasa serta budaya Korea.
Korsel tidak serta merta dengan mudah bisa menguasai dunia hiburan Asia. Korsel yang notabenenya merupakan jajahan Jepang masih banyak terpengaruh oleh Negara ini pada awal-awal kemerdekaannya. Selama hampir 50 tahun sejak Korea lepas dari pendudukan Jepang, pemerintah Korea menerapkan larangan masuknya budaya Jepang. Hal ini disebabkan masih adanya rasa sentimen atas 35 tahun penjajahan Jepang di Korea di awal abad ke-20. Namun pada masa itu budaya Jepang dilarang masuk ke Korea, tidak sedikit masyarakat Korea yang tetap bisa menerima dan menikmati berbagai produk budaya Jepang.  Pada tahun 1998 pemerintah Korea Selatan mencabut larangan itu dan mulailah dengan apa yang disebut dengan maraknya pengaruh Jepang di Korea. Korea yang juga terkena pengaruh Jepang yang sedang marak pada tahun 90an dianggap tertinggal. Namun, terlepas dari itu semua, mulai masuknya budaya Jepang dengan kebebasannya sedikit banyak juga telah mewarnai perubahan budaya pop Korea dalam hal ini musik dan film. Dan sekarang, bisa kita lihat sendiri kenyataannya, keadaan sudah terbalik. Kini, Jepang dan Negara-negara Asia lainnya, khususnya Asia Tenggara bahkan sampai ke Eropa dan Amerika, sedang menggilai segala sesuatu yang berhubungan dengan Korea, khususnya drama dan K-pop.
Merebaknya demam Korea di berbagai negara-negara Asia Tenggara khususnya Indonesia telah membuktikan begitu kuatnya Korea Selatan menyebarkan pengaruhnya di dunia hiburan.  Demam Korea memang suatu fenomena tersendiri dalam dunia industri hiburan modern Korea. Dalam situasi dunia di mana pertukaran informasi terjadi hampir tanpa halangan apa pun, Korea telah menjejakkan pengaruhnya di kawasan Asia. Melihat betapa besarnya Demam Korea yang terjadi di Asia tenggara tak lepas dari pengaruh media massa. Dukungan media massa yang memadai benar-benar dimanfaatkan oleh Korea untuk menyiarkan berbagai program acaranya ke Negara tetangganya. Fenomena Korean Wae atau demam Korea ini bukanlah hal yang bisa dipandang sebelah mata, Banyak hal yang bisa dipelajari dari fenomena itu, terutama bagaimana semua pihak di dalam negeri bersatu padu membuat fenomena tiba-tiba itu menjadi suatu komoditas yang berharga bagi bangsa. Menyebarnya budaya kontemporer Korea dalam tren “Korean Wave” bagi negeri asal Kimchi itu memang mendatangkan berkah tersendiri khususnya bagi total pendapatan negara yang sedang beranjak menyaingi Jepang sebagai salah satu macan Asia yang disegani. Di Indonesia dan Negara Asia lainnya terjangkit demam Korea karena dua hal, yaitu K-drama dan Korean pop. Dua hal ini telah menjadi senjata yang ampuh bagi Korea untuk menyebarkan pengaruhnya. Namun, perkembangan dari kedua hal ini memiliki waktu yang sedikit berbeda.
Jauh sebelum drama Korea mengudara di Indonesia, masyarakat ndonesia telah disuguhi sinetron maupun film import  seperti Bollywood dan telenovela. Bollywood yang membawa cirri khas India dengan nyanyian serta tarian di setiap filmnya telah lebih dahulu mengmbil hati masyarakat. Muncullah idola Bollywood di kalangan masyarakat Indonesia seperti Shah Rukh Khan, Kajol, dll. Dalam waktu yang hampir bersamaan, masuk pula sinetron-sinetron dari Spanyol maupun Mexiko yang kita kenal dengan istilah Telenovela. Telenovela sendiri tak kalah sukses dari Bollywood di pasaran. Selain itu, Indonesia juga banyak menayangkan sinetron-sinetron yang bertema kolosal seperti Angling Dharma, Misteri Gunung Merapi, Jaka Sembung, dll. Selain drama kolosal, Indonesia juga gemar menayangkan sinetron yang bertemakan komedy takhayyul seperti Jin dan Jun, Tuyul dan Mbak Yul, Jinnie Oh Jinnie dan masih banyak lagi. Sinetron maupun film yang disebutkan di atas sempat merajai layar kaca di Indonesia. Namun seiring berjalannya waktu, masyarakat Indonesia menjadi bosan karena disuguhi dengan tontonan yang kesannya itu-itu saja. Masyarakat Indonesia sudah capek akan tarian bintang Bollywood, capek akan siron telenovela, serta capek akan sinetron buatan dalam negeri yang kebanyakan bertema tidak masuk akal. Masyarakat Indonesia menginginkan tontonan ringan namun berbobot yang cocok untuk keluarga. Di sat yang sangat tepat inilah drama korea masuk ke Indonesia untuk pertama kalinya.
Drama Korea datang membawa tontonan ringan yang bertemakan keluarga dan berbagai konflik di dalamnya, yang dibungkus sedemikian rupa sehingga menarik untuk ditonton. Tentu drama Korea ini segera digandrungi masyarakat yang memang menginginkan sesuatu yang baru. Dan memang kenyataannya, masyarakat sangat antusias menonton drama Korea. Drama Korea Endless Love yang dtayangkan pada tahun 2002 menjadi awal penyebaran Korean Wave. Sinetron produksi stasitun televisi KBS (Korean Broadcasting Station atau televisi pemerintah Korea) yang di negara asalnya meraih sukses yang besar telah dibeli hak siarnya untuk diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia saat itu. Romantisme dan kisah tragis yang menyedihkan senantiasa mewarnai drama ini sehingga Endless Love sukses memikat hati para pemirsa yang sebagian besar kaum hawa. Selain itu drama ini juga diperankan oleh aktor dan aktris yang good looking dan memiliki kemampuan akting yang memukau. Berdasarkan survei AC Nielsen Indonesia, Endless Love rating-nya mencapai 10 (ditonton sekitar 2,8 juta pemirsa di lima kota besar), mendekati Meteor Garden dengan rating 11 (sekitar 3,08 juta pemirsa) (Kompas, 14 Juli 2003). Bahkan stasiun televisi lain pun juga mulai menayangkan sinetron Korea. Trans TV pada tahun 2002 yang lalu menayangkan sinetron Glass Shoes dan Lover. TV7 pada tahun 2003 menayangkan Beautiful Days. Selain Indosiar, Trans TV, dan TV7, SCTV pun selama kurun waktu 2002 -2003 juga menayangkan beberapa sinetron Korea berjudul Invitation, Pop Corn, Four Sisters, Successful Bride Girl, Sunlight Upon Me dan Winter Sonata. Namun, di antara sinetron-sinetron tersebut, yang paling popular dan mendapatkan hati di masyarakat Indonesia adalah sinetron Winter Sonata. Khusus sinetron yang disebut terakhir ini, SCTV telah menayangkannya pada tahun 2002 setiap Senin pukul 19.00. Sedangkan, sejak September 2004 ini, Indosiar juga menayangkan ulang sinetron ini setiap Senin – Kamis sore pukul 15.30. Melihat fenomena seperti ini, satu hal yang bisa dilihat adalah besarnya keinginan sebagian masyarakat Indonesia untuk menonton sinetron ini walaupun telah ditayangkan sebelumnya.
Pada saat itu, pengaruh Korea yang begitu besar belum terasa karena adanya persaingan dengan drama asal Taiwan yang hampir bersamaan masuk ke Indonesia. Namun, sejak kesuksesan drama Full House pada tahun 2004, drama Korea mulai mendominasi program drama Asia di televisi. Kesuksesan ini telah mengundang begitu banyak lagi drama Korea yang masuk ke Indonesia hingga mencapai puncaknya pada saat ini. Judul-judul drama seperti Jewel in The Palace, Princess Hours, Coffee Prince, My Sassy Girl Chunhyang hingga yang paling fenomenal Boys Before Flower menuai kepopuleran Di Indonesia. Adegan dalam drama yang dibalut dengan kisah romantis banyak memikat hati penonton. Tidak hanya romantis, seringkali adegan-adegan konyol juga mewarnai sebagian besar drama Korea sehingga cerita yang disajikan menjadi tidak begitu berat dan menyedihkan. Adegan-adegan yang ditayangkan juga tidak vulgar seperti film barat. Selain itu episode-nya juga tidak sepanjang sinetron Indonesia, hanya sekitar 16 hingga 25 episode saja. Hal-hal tersebut tentu saja membuat drama Korea langsung melejit di Indonesia.
Budaya Korea menyebar berkembang dengan banyaknya penonton drama Korea. Tidak jarang mahasiswa jurusan bahasa Korea mengaku memilih jurusan tersebut karena kegemarannya pada drama Korea dan ingin mempelajari bahasa dan budayanya secara mendalam. Tidak sedikit pula penggemar drama Korea tergiur mencicipi makanan Korea karena sebelummnya melihat makanan tersebut dalam drama. Sekarang di ndonesa sudah sangat banyak restoran yang menyajikan menu makanan khas Korea setelah menggemanya Korean Wave. Drama-drama Korea juga telah terbukti mampu menarik minat penggemarnya untuk berwisata ke korea untuk melihat kebudayaan Korea secara langsung. Masyaraka yang mempunyai uang lebih merasa tidak puas sebelum mengunjungi lokasi pengabilan gambar dalam drama. Pengaruh Korea yang semakin besar ini bahkan telah membuat China terusik, China merasa Korea telah berhasil mencitrakan kebudayaannya yang superior melalui drama. Sedangkan China, sebagai sumber asli kebudayaan Korea, terkesan sebagai inferior.
K-pop atau Korean pop adalah faktor terbesar dari adanya Korean wave.  Musik pop Korea terdiri atas Hip Hop, pop, rock, R&B dan eletrik. Lagu yang menjadi soundtrack atau backsound dalam drama Korea yang easy listening dan ear-catching menjadi lebih gampang diterima oleh para pemirsa. K-pop tidak hanya popular karena menjadi soundtrack drama Korea, namun K-pop bisa menggema di seluruh dunia termasuk Indonesia karena dibawakan oleh Boyband dan Girlband. Korea yang memang menjadikan boyband dan girlband sebagai ikon K-popnya telah berhasil  memasarkan musik popnya. Boyband dan girlband Korea tidak hanya menyajikan lagu yang easy listening, namun juga mengiringinya dengan dance yang sesuai dengan irama lagunya. Para anggota boyband maupun girlband memang sudah di rekrut saat usia mereka masih sangat muda dan dikarantina selama bertahun-tahun sebelum debut. Jadi memang semua anggota sudah sangat terlatih. Tidak hanya itu, wajah para anggota boyband maupun girlband mampu memikat hati para penikmat musik K-pop. menggunakan baju dan aksesoris yang memang fashionable.  berbagai alasan itu menjadikan musik Kpop di tanah air Indonesia menjadi sangat digemari. Di Indonesia begitu banyak penggemar dari boyband dan girlband Korea. Nama Super Junior, Girl’s Generation, Shinee, 2PM, dan Wonder Girls adalah boyband dan girlband yang sudah sangat terkenal di Indonesia, terutama di kalangan remaja. penjualan tiket konser boyband dan girlband Korea yang tampil di Indonesia selalu sold out. 2PM yang menggelar konser tanggal 11 November  di JITEC Mangga Dua Square mampu membuat penonton mengantre dari lantai 3 sampai lantai 8 tempat konser digelar, tiket yang berjumlah 5000 terjual habis dengan harga tiket mulai dari RP. 500.000 sampai RP. 2.000.000. Sementara itu, acara  ’Korean Idols Music Concert Hosted in Indonesia’ (KIMCHI) yang mendatangkan Super Junior sebagai pengisi acara telah berhasil menjual tiketnya walaupun dengan harga yang tidak murah. Berikut daftarnya
VIP : Rp.2.500.000.,00 – Numbered seating.
Festival 1 : Rp.2.000.000.,00 – Free standing.
Festival 2 : Rp.1.500.000.,00 – Free standing.
Tribune 1 : Rp.2.000.000,00 – Free seating.
Tribune 2 : Rp.550.000,00 – Free seating.
K-pop yang hadir membawakan dance yang energik dan seirama dengan lagunya menjadi perhatian tersendiri di masyarkat. Hal ini menciptakan komunitas yang membawakan atatu meng-cover dance dari boyband maupun girlband Korea. Para remaja yang gemar dance ramai-ramai menirukan dance ala boyband dan girlband. Pencinta K-pop juga sering menggelar flash mob dengan lagu boyband dan girlband yang mereka gemari yang kemudian di upload ke situs jejaring sosial untuk menggambarkan besarnya cinta mereka untuk idolanya. Hal ini membuktikan betapa digandrunginya musik pop Korea ini.
Drama Korea yang masuk ke Indonesia pada awal tahun 2000-an  tidak hanya menjadi sekedar tontonan di waktu istirahat, namun drama Korea sedikit banyak telah memberikan pengaruh di Indonesia. Dalam dunia sinetron sendiri,drama Korea telah mulai diadaptasi gaya dan cara penceritaan sinetronnya  terhadap sinetron dalam negeri. Sinetron dengan judul Cewekku Jutek dengan pemain utama Agnes Monica disebut-sebut mengadaptasi film komedi romantis Korea berjudul My Sassy Girl yang sukses besar di Korea dengan 5 juta penonton dalam satu bulan (Cinebus, No. 53, September 2001). Namun, karena persentase yang diadaptasi terlalu besar sehingga membuat sinetron Indonesia disebut menjiplak drama- drama Korea. Misalnya sinetron Cinta Cenat Cenut yang dibintangi oleh personil Boyband SM*SH disebut-sebut telah menjiplak drama Korea yang berjudul Boys Over Flower. Meskipun Boys Over Flower sendiri adalah adaptasi dari komik Jepang yang kemudian telah diangkat terlebih dahulu menjadi drama oleh Taiwan dan Jepang sendri, namun tetap saja sinetron yang dibintangi oleh SM*SH ini disebut menjiplak. Ini bisa dilihat dari kesamaan-kesamaan peran tokoh, alur bahkan dialognya.
Dunia musik Indonesia yang didominasi oleh band yang memainkan alat music dan mempunyai satu vokalis kini mulai beralih ke boyband yang membawakan lagu diiringi dance. Boyband dan girlband mulai marak di Indonesia setelah K-pop masuk dan digemari di Indonesia. Grup seperti SM*SH, 7Icon, Cherrybelle menjadi sangat terkenal di masyarakat karena menampilkan sesuatu yang baru di dunia musik tanah air. Dengan suksesnya SM*SH dan grup lain yang mengusung tema boyband membuat stasiun tv banyak membuka pencarian bakat untuk debut sebagai boyband atau girlband.
Maraknya K-pop sangat disadari oleh pihak media massa. Stasiun tv yang dulu hanya menyiarkan drama Korea kini juga mulai menyiarkan acara musik dari negeri Gingseng tersebut. Stasiun tv Indosiar kini menyangkan acara Music Bank milik stasiun tv Korea KBS. Acara musik Indonesia juga mulai memasukkan chart music Korea, seperti acara Derings di Trans TV. Tidak hanya di stasiun tv, banyak majalah ataupun tabloid yang membahas tentang hal-hal yang berbau Korea. Tabloid Gaul setiap minggunya membahas tentang drama Korea dan K-pop yang sedang tren, bahkan berita tentang artis korea lebih banyak dibahas ketimbang artis Indonesia. Majalah Asian Plus yag khusus membahas tentang artis Asia kini mulai didominasi oleh artis Korea.
Karena banyaknya drama serta k-pop yang ditonton di Indonesia melalui stasiun tv maupun melalui website membuat para pebisnis VCD dan DVD memanfaatkan fenomena Korean Wave. Begitu banyak VCD maupun DVD drama dan musik Korea yang dijual di pasaran.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management