“Siapakah orang terdekat kita? Dia adalah orang yang sering berhadap-hadapan dengan kita. Orang terdekat kita adalah orang yang bisa kita tatap dengan sepenuh pandangan mata kita.”
Demikian ilmu baru yang saya dapatkan dari Pak Yamin, seorang wali santri Pondok Modern Gontor Ponorogo, ketika kami bersama-sama menjenguk anak masing-masing yang sedang tolabul ilmi di pondok berusia 88 tahun tersebut.
Selama ini kita selalu mengidentifikasi orang-orang jauh di mata sebagai orang terdekat kita. Kita lebih mendahulukan mereka yang hanya dapat disentuh oleh angan-angan kita. Kita nyaris lupa bahwa di hadapan kita ada sejumlah orang yang sesungguhnya layak menjadi seseorang yang istimewa. Setiap hari dia kita temui bahkan sering duduk saling berhadapan dengan kita.
Kita sering alpa. Akrab dengan orang-orang nuh jauh di sana dan lupa terhadap orang-orang yang berada di hadapan kita. Kita berharap mendapat kasih sayang dari orang-orang jauh tersebut. Kita lupa bahwa ada orang-orang dekat yang sesungguhnya berpotensi untuk menyayangi dan disayangi.
Maka mulai hari ini, ubahlah gaya pendekatanmu. Jangan lagi berangan-angan mendapatkan kasih sayang seseorang nun jauh di sana. Telisik lingkunganmu. Siapakah orang yang selama ini senantiasa duduk berhadap-hadapan denganmu. Orang itu sangat berpotensi untuk menyayangimu.
Mulai berbagilah dengan dirinya. Mengenai hal ini, kita patut meniru langkah yang dilakukan Pak Yamin. Dia membekali anaknya dengan rendang yang dibungkus rapi dalam kemasanplastik. Setiap bungkus bisa disantap oleh tiga orang hingga lima orang. Ketika tiba saatnya makan bersama di Pondok itu, Putra Pak Yamin bisa berbagi lauk makan itu dengan teman-temannya yang ada di hadapannya.
Saya tidak tahu pasti bagaimanan implementasi berbagi ala anak pondok pesantren tersebut ketika diterapkan kepada orang-orang yang ada di hadapan kita. Meskipun demikian, haqul yaqin, kita bisa menerapkannya dengan gaya dan pembawaan masing-masing. Yang pasti, inti sari dari pelajaran yang saya terima dari Pak Yamin tersebut adalah tentang perhatian terhadap oarang-orang yang letaknya ada di hadapan kita.
Mari kita peduli terhadap mereka yang berada di hadapan kita. Itulah cara yang paling masuk akal yang layak kita lakukan untuk bisa berbagi kasih sayang. Baik kasih sayang dalam pengertian luas maupun dalam pengertian kasih sayang di antara sepasang anak manusia berlainan jenis kelamin.
Bisa jadi jodoh yang Tuhan persiapkan untuk kita sesungguhnya ada di hadapan kita. Ia berada di depan mata kita. Tapi, mengapa kita selalu mencari dan terus mencari ke tempat jauh?
cc : http://www.tipsmencarijodoh.com/tips-untuk-pria/jodoh-di-depan-mata.html#_
0 komentar:
Posting Komentar