Hanya saja, biayanya cukup mahal, Rp. 128 miliar!
Temuan ini terdengar aneh. Mustahil. Tapi
bagi seorang ahli bedah syaraf, Sergio Canavero, hal ini bisa dilakukan
dan akan sangat menentukan masa depan manusia. Temuan yang bikin heboh
itu adalah soal transpalansi kepala manusia atau penyambungan kepala dan
tubuh, atau head transplant. Jadi kepala si A, misalnya, bisa disambungkan dengan tubuh si B.
Temuan ini sangat berguna terutama demi
menolong mereka yang terkena penyakit lumpuh. Artinya memang harus ada
donor. Menurut Sergio, hal ini sangat mungkin dilakukan di masa depan
sebab secara teoritis bisa, sebagaimana dilansir Telegraph, 3 Juli 2013.
Bagaimana caranya?
Caranya hampir sama dengan apa yang
dilakukan pada hewan. Untuk diketahui soal sambung-enyambung kepala dan
tubuh ini memang sudah pernah dilakukan pada hewan di tahun 1970. Saat
itu salah seorang ahli bernama Robert White sukses menyambungkan kepala
monyet jenis rhesus ke tubuh monyet rhesus lainnya.
Tiga dekade kemudian, tepatnya tahun 2001, para ahli AS melakukan operasi serupa dan memang berhasil.
Yang kurang berhasil adalah monyet hasil
transplantasi Dr White itu. Semula setelah kepala disambung dengan
tubuh, indra penciuman sang monyet sudah berfungsi, sudah mampu pula
membuka mata, serta merasakan makanan.
Sayangnya, karena Dr White tidak dapat menyambungkan spinal cord (saraf tulang belakang), sehingga akhirnya monyet itu lumpuh dan mati beberapa jam sesudah pembedahan.
Lalu percobaan yang sama diteliti untuk
manusia? Ya, agak ngeri-ngeri cerdas memang. Tapi sejumlah ahli
meragukannya. Terutama karena susah menyambungkan saraf-saraf tulang
belakang itu dengan syarat-syarat di kepala. Dan memang, White sudah
pernah gagal melakukannya.
Tapi menurut Canevaro, kegagalan White
itu semata karena teknologi pada tahun 1970 belumlah semaju sekarang.
“Kemajuan teknologi untuk menghubungkan kembali sumsum tulang belakang
sudah mungkin terjadi. Terobosan itu mampu menyembuhkan kelumpuhan yang
diderita oleh manusia,” katanya.
Dia lalu menguraikan secara deteil
perdebatan soal sumsum tulang belakang itu. Hambatan teknis dari usaha
penyambungan itu adalah kesamaan sel tulang belakang antara pendonor dan
penerima. Sama halnya seperti golongan darah.
“Namun, dengan berkembangnya teknologi,
isu itu akan bisa diatasi. Saya yakin, dengan didukung dokter-dokter
ahli, operasi penyambungan dapat dilakukan dalam waktu 36 jam dengan
biaya kurang lebih £8,5 juta (setara Rp. 128 miliar),” ujar Canavero
optimistis.
“Ini bukan fiksi ilmiah, tapi bisa
dilakukan pada hari ini. Operasi penyambungan ini mampu memberikan
kehidupan baru bagi manusia. Kendala terbesar adalah masalah dana,”
tambahnya.
Prosedur transplantasi
Canevaro menambahkan bahwa prosedur
transplantasi sama dengan yang dilakukan pada hewan. Menidurkan kedua
belah pihak yang akan menjalani transplantasi.
Kemudian kepala yang akan ditransplantasi
didinginkan antara 12- 15 derajat Celcius. Selanjutnya, ahli bedah
punya waktu satu jam untuk memindahkan kedua kepala dan menyambungkan
kembali transplantasi kepala ke sistem peredaran dari tubuh donor.
Soal batasan waktu satu jam itu mempertimbangkan waktu terlama otak dapat bertahan hidup tanpa aliran oksigen dan darah.
Dalam paper-nya, ia mengusulkan pemotongan spinal cord dengan pisau bedah tajam, kemudian secara mekanik menyambungkan spinal cord dari salah satu tubuh ke tubuh yang lain.
“Pemotongan tuntas jadi kunci untuk penyatuan spinal cord. Oleh karena itu, memungkinkan jalur transmisi utama sistem saraf yang membantu membuat saraf (akson) terdekat menyatu dengan akson lainnya,” jelasnya.
Penyatuan itu memanfaatkan fusogen atau sealant, yang memperbaiki kerusakan membran sel akibat cedera secara mekanik.
Sementara kepala disambungkan, tubuh donor harus didinginkan dan diletakkan pada posisi cardiac arrest — perawatan hilangnya fungsi jantung. Kemudian jantung tubuh donor dapat dihidupkan kembali setelah kepala disambungkan.
Kendati uji coba penyambungan kepala ke
tubuh tulang belakang belum dicoba, ia tetap yakin. Canavero
mengandalkan keberhasilan pada penelitian sebelumnya, yang mana ilmuwan
telah menghubungkan kembali spinal cord tikus dan anjing.
Dianggap aneh
Namun, klaim dari Canavero langsung ditolak oleh Profesor Anthony Warrens dari British Transplantation Society. Dia mengatakan, menghubungkan kepala dan tubuh manusia tidak ada gunanya. Dia menganggap ini konsep yang benar-benar aneh.
Profesor Anthony tidak sendirian. Dr Calum Mackellar dari Scottish Council on Human Bioethics pun mengatakan konsep yang ditawarkan Canavero tidak masuk di akal.
“Tindakan menyambungkan kepala dan tubuh manusia adalah seperti adegan pada film horor,” tuturnya. (Telegraph/vivanews/wikipedia)
0 komentar:
Posting Komentar